Yu Sing merupakan salah satu arsitek Indonesia yang selalu membangun inspirasi di setiap karyanya. Tak heran namanya selalu dikenal sebagai inspirator bagi para pelaku arsitektur Tanah Air. Yu Sing lahir di Bandung pada 5 Juli 1976 dan menempuh pendidikan Program Studi Arsitektur di Institut Teknologi Bandung (ITB). Setelah lulus program S1 pada tahun 1999, ia mendirikan perusahaan jasa konsultan arsitektur Genesis, yang pada 2011 berganti nama menjadi Akanoma (Akar Anomali).
Akanoma menempuh pendekatan humanisme. Di Indonesia, banyak kalangan menengah ke bawah tidak dapat menikmati karya arsitektur yang baik pada bangunan tempat tinggalnya. Berlandaskan pemikiran ini, tercetuslah sebuah cita-cita untuk mendesain rumah murah dan layak huni bagi kalangan tersebut.
Terinspirasi dari Romo Mangun, Yu Sing ingin Menjadi Arsitek untuk Semua Kalangan
Yu Sing mengidolakan mendiang Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, atau yang akrab dipanggil Romo Mangun, sudah sejak lama. Ia banyak melihat sisi kemanusiaan dan kepedulian Romo Mangun terhadap lingkungan. Romo Mangun, misalnya, sudah menyulap permukiman kumuh di sepanjang bantaran Kali Code menjadi sebuah kawasan permukiman yang indah.
Terinspirasi dari karya Romo Mangun tersebut, pada tahun 1999 Yu Sing mulai mendesain dan membangun rumah sederhana dengan biaya yang murah dan ramah lingkungan. Rumah pertama yang didesainnya adalah rumahnya sendiri yang berlokasi di Cimahi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Semenjak itu, ia memberanikan diri untuk menyebarkan ide-idenya tentang rumah murah lewat tulisan di majalah, blog pribadi dan milis arsitektur. Hingga pada tahun 2009, ia menerbitkan bukunya yang berjudul, “Mimpi Rumah Murah.”
Mari napak tilas sejenak melihat perjalanan Yu Sing membantu kalangan menengah ke bawah dari sisi arsitektur.
1. Kampung Kita
Pada tahun 2011, Yu Sing mendirikan komunitas “Kampung Kita,” yang mengajak beberapa arsitek dan 17 universitas mengunjungi kampung-kampung di Solo, Jawa Tengah. Ia bersama rekan-rekan membantu warga sekitar mengembangkan daerahnya menjadi kampung wisata.
2. Komunitas Jaringan Arsitek Indonesia Merakyat
>Rekam jejak lainnya juga terdapat pada komunitas Jaringan Arsitek Indonesia Merakyat. Pada saat itu, mereka menciptakan desain hunian yang ramah ditinggali masyarakat kelas menengah ke bawah.
3. Papan Untuk Semua
Pekerjaan mulianya tidak hanya berhenti di situ saja. Pria berusia 45 tahun ini menggagas proyek filantropi “Papan untuk Semua.” Lewat proyek ini, ia dan rekan-rekannya memberi jasa desain arsitektur gratis untuk masyarakat kurang mampu. Selain itu, mereka juga menggalang dana untuk membangun rumah layak huni bagi mereka.
Selain terkenal sebagai arsitek yang berjiwa sosial tinggi, Yu Sing juga dikenal dengan karyanya yang selalu ramah lingkungan. Menurutnya, ruang terbuka hijau serta daerah yang memiliki resapan yang baik adalah keharusan. Rumah ramah lingkungan menyiasati ongkos produksi agar tidak terlalu tinggi dengan konsep unfinished, dan dengan memperbanyak tanaman, serta pemanfaatan material bekas.
Yu Sing juga merupakan salah satu arsitek di Indonesia yang mengusung konsep kearifan lokal, yang memperlihatkan dan mempertahankan elemen budaya lokal tempat bangunan berada. Menurutnya, pada era modern sekarang ini, penerapan konsep kearifan lokal justru semakin dibutuhkan, mengingat banyaknya kerusakan lingkungan yang sering terjadi. Lewat penerapan ini, ia secara perlahan mengedukasi para kliennya untuk memahami pentingnya saling bergantung pada alam, sesuai dengan filosofi masyarakat terdahulu.
Segudang pekerjaan mulia yang dilakukan menjadikannya sebagai pelopor generasi baru arsitek Indonesia. Yu Sing kini menjadi inspirasi bagi arsitek muda dan juga calon penerus lainnya. Tak heran ia mendapatkan berbagai apresiasi atas pencapaiannya tersebut. Beberapa penghargaan yang didapatkan antara lain juara tiga Citation of Excellent Architectural Design Reflecting East Asian Identity, juara pertama untuk Sayembara Desain Menara Kalla di Makassar, pemenang pertama Gedung Pelayanan Pusat Akademik Universitas Negeri Makassar (menara 17 lantai), dan masih banyak lagi.
Yu Sing mengatakan, mengabdikan diri untuk membantu sesama adalah tujuan hidup yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang. “Hidup berarti bila dapat mempertanggungjawabkan semua yang telah Tuhan berikan menjadi manfaat buat banyak orang,” ujarnya.