CERLANG NUSANTARA PANDU MASA DEPAN

Konsep Pekan Kebudayaan Nasional 2021

Di hadapan tantangan zaman pandemi, seluruh dunia mengupayakan berbagai jalan keluar yang hendak menjawab sebuah pertanyaan: bagaimana caranya mengembalikan kewajaran lama (business as usual)? Kewajaran lama kita adalah pembangunan yang dipimpin oleh pertumbuhan ekonomi, suatu pembangunan yang diselenggarakan dengan mengorbankan inklusi sosial dan lingkungan hidup. Merenggangnya integritas sosial dan runtuhnya biosfer akibat akumulasi kekayaan di tangan segelintir orang telah membuat pandemi menjadi sebuah keniscayaan. Oleh karena itu, kembali ke kewajaran lama hanya akan berarti mereproduksi syarat-syarat keberlanjutan pandemi.

Hari ini, keberlanjutan pandemi membuktikan pembangunan kita belum berkelanjutan. Selama ilusi kewajaran lama masih kita yakini, selama itu pula pandemi akan terus membayangi masa depan kita. Mencari jalan keluar dari ilusi tersebut berarti mencari alternatif visi kehidupan yang tidak menyamakan pembangunan dengan pertumbuhan ekonomi semata. Kohesi sosial dan daya dukung lingkungan yang sampai hari ini dipandang sebagai eksternalitas harus diinternalisasikan ke dalam logika pembangunan. Hanya model pembangunan yang berhasil menginternalkan kedua unsur itulah yang layak disebut sebagai model pembangunan yang sungguh-sungguh berkelanjutan. Itulah model pembangunan berlandaskan kebudayaan. Dengan demikian, terbuka sebuah jalan baru: kita hanya akan selamat dari pandemi karena kebudayaan.

Pekan Kebudayaan Nasional 2020 telah menunjuk ke jalan baru itu: “Menganyam Keselarasan Raya.” Keselamatan publik hanya akan terwujud jika kita menyelaraskan kepentingan pertumbuhan ekonomi, penguatan harmoni sosial dan pelestarian lingkungan hidup. Dan keselarasan ekonomi-sosial-ekologis ini hanya akan terwujud di atas Jalan Kebudayaan. Dengan menjadikan keanekaragaman budaya sebagai modal utama pembangunan, kita akan mencapai suatu tatanan kesetimbangan baru yang di dalamnya setiap pertumbuhan ekonomi hanya punya arti jika menghasilkan manfaat bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, meningkatkan kualitas hidup sosial dan menjamin kesinambungan biosfer.

… kembali ke kewajaran lama hanya akan berarti mereproduksi syarat-syarat keberlanjutan pandemi.

Modal utama pembangunan kita ke depan adalah Cerlang Nusantara, yakni segenap kearifan lokal yang terkandung dalam aneka ragam warisan budaya. Di atas keanekaragaman hayati Nusantara tumbuhlah keanekaragaman budaya bangsa Indonesia. Interaksi aneka suku bangsa Nusantara secara lintas-generasi dengan alam sekitar dan suku bangsa lain telah memperkaya keseluruhan ekspresi budaya nasional kita. Keseluruhan khazanah tradisi hari ini adalah buah dari adaptasi, inovasi dan hibridisasi yang membuat kita sebagai bangsa semakin berketahanan dalam menghadapi aneka tantangan hidup.

Sudah waktunya Cerlang Nusantara itu menjadi pandu kita bersama menuju masa depan pasca-pandemi. Kearifan lokal dari segenap warisan budaya kita akan menjadi terang yang membimbing jalannya bangsa Indonesia mencipta kewajaran baru yang tidak sekadar mengulang kewajaran lama. Dengan itu, keanekaragaman budaya menjadi sarana untuk memecahkan aneka persoalan bangsa, memberikan jaminan keselamatan hidup bagi segenap warga bangsa. Keselamatan ini harus terwujud dalam segi-segi kehidupan yang paling mendasar: sandang, pangan, papan.

Keanekaragaman budaya Nusantara memberi kita khazanah sandang yang berkelanjutan. Dewasa ini, industri busana dunia digerakkan oleh model ‘busana cepat’ (fast fashion) yang mendorong pergantian trend setiap beberapa bulan. Hal ini mengakibatkan tingginya biaya karbon industri busana dan penumpukan limbah busana yang merusak lingkungan. Cerlang Nusantara punya alternatif untuk mengatasi industri busana yang sama sekali tidak berkelanjutan itu. Kekayaan tradisi wastra kita berdiri di atas kesadaran ekologis yang turun-temurun: karena busana adalah alam kedua, maka tidak ada penciptaan busana tanpa pelestarian alam. Kesadaran ecofashion ini tercermin dalam berbagai praktik pengolahan tenun tradisional di berbagai daerah. Hasilnya adalah karya wastra yang tahan lama, rendah biaya karbon dan dapat terurai secara alamiah. Lebih dari itu, setiap wastra menjadi sebuah cerita bagi generasi mendatang, sebuah jembatan emas ke masa depan. Di sini, Indonesia bisa menjadi garda terdepan dalam upaya-upaya alternatif untuk mewujudkan paradigma busana sirkular (circular fashion) yang mengutamakan minimalisasi limbah busana dan eksploitasi sumber daya alam yang berdampak buruk pada kelestarian lingkungan hidup.

Keanekaragaman budaya Nusantara memberi makan dan kesehatan bagi kita semua. Dewasa ini, industri pangan dunia digerakkan oleh model pertanian monokultur yang mengejar peningkatan laba dengan mengorbankan tingkat nutrisi ataupun daya dukung lingkungan. Hal ini menyebabkan anjloknya kualitas pangan, turunnya daya tahan tubuh dan berbiaknya aneka jenis penyakit zoonotik yang timbul akibat pembauran ruang hidup satwa liar dan ruang hidup manusia. Lebih jauh lagi, aneka masyarakat yang tinggal di sekitar alam liar kehilangan wawasan kuliner tradisinya dan mengadopsi aneka jenis makanan instan. Semakin monokultur pertanian kita, semakin monokultur pula kebudayaan kita. Cerlang Nusantara menghadirkan tawaran alternatif atas tatanan pangan global yang tidak berkelanjutan itu. Di berbagai budaya tradisi kita dikenal model pengolahan pangan yang mewujudkan permakultur (permaculture): pemanfaatan agrikultur dijalankan sepadan dengan konservasi daya dukung lingkungan. Wawasan pemeliharaan sumber air dan diversitas bahan pangan olahan Nusantara akan menjadi landasan yang kokoh untuk mewujudkan kesehatan jiwa dan raga masyarakat. Di sini, ketahanan pangan berwawasan budaya akan menyokong ketahanan sosial sekaligus ketahanan lingkungan.

Keanekaragaman budaya Nusantara memberi kita tempat bermukim dan berteduh. Dewasa ini, industri papan kita digerakkan hampir sepenuhnya oleh logika privatisasi yang mengemuka dalam pembangunan perumahan dan apartemen yang nyaris homogen. Tidak ada pertimbangan pada kekhasan geografis Indonesia sebagai bagian dari ring of fire dengan segenap risiko bencana alamnya, tidak juga ada pertimbangan pada bagaimana mewujudkan tata hidup yang lebih komunal, yang menekankan saling-bantu dan solidaritas antarpemukim. Rumah menjadi pelarian privat dari segala hal yang berhubungan dengan kesosialan manusia. Industri papan hari ini digerakkan oleh pencarian solusi privat atas persoalan yang sesungguhnya bersifat publik, sebuah pencarian yang dikutuk untuk tidak selesai. Di sini pun, Cerlang Nusantara menawarkan solusi alternatif: memberdayakan kekayaan wawasan arsitektur vernakular. Khazanah papan kita sangat menekankan kekhasan geografi lokal dan sifat publik dari pemukiman. Arsitektur vernakular menunjang kolaborasi sosial, pencarian solusi bersama untuk setiap permasalahan, serta cara hidup yang berkawan dengan keniscayaan bencana alam. Arsitektur vernakular, oleh karenanya, mengingatkan kita kembali apa sesungguhnya artinya bermukim.

Cerlang Nusantara adalah terang yang akan membimbing kita keluar dari masa gelap ini, terang yang menuntun kita ke masa depan. Dengan Cerlang Nusantara, kita akan melihat bahwa di seberang zaman pandemi, melampaui segala kewajaran lama, ada suatu dunia baru di mana kehidupan dan kebudayaan merujuk ke hal yang satu dan sama. Di sana, setiap wastra adalah cerita tentang masa depan, setiap pengolahan pangan adalah penyehatan jiwa dan raga sosial, setiap laku membangun adalah laku bermukim bersama alam. Dalam Cerlang Nusantara ini juga Pekan Kebudayaan Nasional 2021 akan melihat dan mengerti: pada relung budaya Indonesia, ada jalan keluar untuk segenap permasalahan dunia.

JADIKAN PKN LEBIH BAIK LAGI

Kami terus berupaya memberikan sajian acara yang berkualitas dengan mengangkat Kebudayaan Nasional untuk dapat lebih dikenal secara luas. Bantu kami menjadi lebih baik dengan mengisi survey sebagai bahan evaluasi di masa mendatang.

ISI SURVEYNYA DI SINI!