Beberapa tahun belakangan ini generasi muda di seluruh dunia tumbuh dengan kesadaran yang tinggi akan isu-isu lingkungan hidup. Sejumlah produk ramah lingkungan tercipta dari ide-ide liar generasi muda, termasuk di antaranya adalah material pengganti kulit hewani yang diproduksi oleh Mycotech Lab (MYCL).  

Indonesia boleh berbangga, sebab laboratorium kreatif tersebut didirikan di Bandung, Jawa Barat, oleh sekelompok anak muda lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Padjajaran (Unpad). MYCL menciptakan material pengganti kulit yang dapat menghentikan, atau setidaknya menekan eksploitasi binatang yang dilakukan oleh industri fesyen.

“Industri fesyen berdampak besar terhadap iklim karena eksploitasi kulit hewan,” demikian CEO dan Co-Founder MYCL, Adi Reza Nugroho, menyampaikan. “Bahan kimia yang digunakan untuk menyamakan kulit juga tidak bisa terurai secara hayati dan bisa sangat berbahaya bagi perairan kita.”

Adi Reza Nugroho lahir di Malang, Jawa Timur, pada 17 Maret 1989. Ia terinspirasi oleh konsep “keberlanjutan” pada saat mengerjakan proyek perumahan tradisional. Bersama rekan-rekannya, ia pun mendirikan pertanian jamur, yang kemudian menjadi bahan dasar produk-produk Mycotech. Pada 2014, mereka memperkenalkan Mycotech lewat media sosial, dan langsung mendapat tanggapan positif dari masyarakat global. Video mereka telah ditonton jutaan kali sehingga pada 2016 DBS Foundation pun memberi mereka dana usaha.

Ide tentang budidaya jamur Adi peroleh dari proses pembuatan tempe. Sebagai sarjana arsitektur ITB, Adi melihat potensi lain dari proses fermentasi dalam pembuatan makanan asli Indonesia yang telah mengglobal tersebut. Proses fermentasi menghasilkan serat-serat yang saling mengikat sehingga membuat material menyatu. Dengan bantuan jamur, Adi dan rekan-rekannya di Mycotech tidak hanya bisa menghasilkan material pengganti kulit hewan, melainkan juga material bangunan, seperti bata yang dapat menahan tekanan setara sepuluh mobil tapi 300 kali lebih fleksibel dari baja.

Meski kini Mycotech memiliki omset seratus juta rupiah per bulan, tapi Adi mengaku bahwa ia dan rekan-rekannya sempat mengalami kesulitan dalam mengumpulkan modal usaha mereka di masa-masa awal. Selama enam tahun, bisnis mereka telah mengalami jatuh bangun, dan baru balik modal pada 2017 lalu. “Saya selalu percaya pada filosofi yang membuat saya semangat,” demikian Adi. “persistence never lie.”

Saat ini Mycotech fokus pada penjualan ekspor. Kini, bisnis yang berawal dari coba-coba ini sudah memiliki subsidiary company di Inggris dan Uni Eropa. Regulasi di Eropa mendukung pemasaran produk ramah lingkungan sehingga permintaan dari sana relatif lebih tinggi daripada di dalam negeri. Tahun ini, Pekan Kebudayaan Nasional 2021 mengundang Adi Reza Nugroho untuk berbagi pengetahuan lewat program Rumah Cerlang. Jangan lewatkan program-program PKN 2021 untuk mendapat inspirasi cemerlang yang tak hanya punya potensi bisnis melainkan juga ramah lingkungan demi keberlanjutan lingkungan hidup kita.

Inspirasi Lainnya:

JADIKAN PKN LEBIH BAIK LAGI

Kami terus berupaya memberikan sajian acara yang berkualitas dengan mengangkat Kebudayaan Nasional untuk dapat lebih dikenal secara luas. Bantu kami menjadi lebih baik dengan mengisi survey sebagai bahan evaluasi di masa mendatang.

ISI SURVEYNYA DI SINI!