Barangkali, istilah “permakultur” masih terdengar asing bagi sebagian orang. Tetapi, percayalah, permakultur bukanlah metode kompleks yang sukar dipahami. Istilah tersebut memang berasal dari bahasa asing, tetapi kita bisa menyebut atau memahaminya dalam bahasa yang lebih familier. Kurang lebih, permakultur dapat dipahami sebagai rancangan kehidupan yang sesuai dengan ketetapan atau hukum alam.
Anam Masrur adalah salah satu tokoh yang kini menjadi Konsultan Pertanian Keluarga di Badan PBB untuk Pangan dan Pertanian (FAO). Ia tahu betul apa itu permakultur. Ia juga seorang petani gurem yang sejak 1989 telah mengabdikan hidupnya untuk masyarakat yang terpinggirkan.
Ia menyebut dirinya imagineer, yang bisa jadi adalah gabungan dari pemimpi dan insinyur (engineer). Seorang imagineer terus-menerus menciptakan mimpi dan hidup untuk mewujudkannya. Sementara itu, orang-orang lebih suka menyebutnya seorang multi-talenta, yang terampil dan dapat diandalkan. Ia punya pikiran terbuka, bersemangat dengan ide dan terus berinovasi.
Pria yang lahir dari keluarga Arab-Jawa di Kampung Menyanan, Semarang, pada 1973 ini memiliki banyak ketertarikan pada bidang pengetahuan, penelitian dan kegiatan. Termasuk di antaranya adalah permakultur, yang kemudian dituangkannya ke dalam lebih dari 20-an judul buku bertema kehidupan berkelanjutan dan permakultur. Ia pernah bekerja di beberapa LSM Internasional, seperti Humanity and Inclusion, OXFAM GB dan di PBB, untuk untuk program pendidikan dan ketenagakerjaan. Mas Anam, sapaan akrabnya, juga konsultan kewirausahaan CEFE Internasional di Jerman.
Permakultur: Lakukan sesuai Keselarasan
Bill Mollison dan David Holmgren menerapkan permakultur pada awal 1970-an. Metode ini terus berkembang hingga sekarang. Istilah permakultur berasal dari singkatan gabungan dua kata dalam bahasa Inggris, yaitu permanent dan culture. Tetapi, jangan artikan kata ini sebagai segala sesuatu yang ada di alam harus senantiasa tetap sama.
Anam Masrur mengartikan permakultur sebagai tatanan kehidupan di atas bumi yang memastikan bahwa kehidupan di bawahnya senantiasa lestari dalam keseimbangan. Dalam ajaran Islam, itu disebut sunnatullah, yaitu tatanan Allah yang langgeng dan terus menerus (permanence).
Kata permanence merujuk pada stabilitas, keselarasan, harmoni melalui tanah dan air yang mendukung kehidupan masyarakat swadaya; pertanian berkeanekaragaman hayati dan juga keadilan sosial dalam keberlimpahan. Karena itu, permakultur membuat kombinasi tiga aspek, yaitu kerangka kerja etis atau adab, pemahaman tentang cara kerja alam, dan pendekatan perancangan atau desain.
Kombinasi tiga aspek tersebut kemudian digunakan untuk mendukung pembentukan sebuah tatanan kehidupan, berupa kawasan atau desa, yang lestari, berkelanjutan, serta pertanian yang produktif, sehat dan bebas polusi. Permakultur tidak semata-mata teknik pertanian, tapi perancangan sistem kehidupan. Oleh karena itu, permakultur juga mempelajari banyak hal lainnya, termasuk agroekologi, conservation farming, pertanian biodinamika, organic farming technique dan lain-lain.
Etika dalam Permakultur
Menurut Anam Masrur, peduli bumi, peduli manusia dan berbagi adil adalah tiga etika atau adab dalam permakultur. Sebab, adab kehidupan dimulai dari adab terhadap bumi sebagai satu kesatuan hayati, peduli kepada sesama manusia, hingga berbagi adil demi tercipta tatanan yang sehat dan harmonis
- Peduli bumi
Menghargai bumi sebagai satu kesatuan kehidupan adalah sebuah keharusan. Permakultur mengajarkan manusia bekerja dengan sistem kealaman, selaras dengan alam, bukan melawan alam. Setiap metode yang digunakan mencoba meminimalisir dampak negatif terhadap alam. Makan sesuai musim, membeli produk lokal, dan mengurangi penggunaan plastik adalah beberapa contoh permakultur dalam kehidupan sehari-hari.
Permakultur lebih dari sekadar penggunaan bahan-bahan organik dalam memproduksi pangan, bukan pula advokasi melawan pengrusakan hutan, tetapi lebih pada merancang sistem yang menyehatkan tanpa harus merusak bumi.
- Peduli manusia
Permakultur mengajarkan penataan bagi sesama manusia untuk bisa mengakses sumber daya yang dibutuhkan pada kehidupan. Tujuannya adalah untuk merancang kesejahteraan baik individu ataupun masyarakat. Sebagai individu, manusia perlu menjaga diri dan sesama, sementara sebagai masyarakat manusia dapat mengembangkan gaya hidup yang harmonis, selaras dengan alam.
- Menentukan batas konsumsi dan berbagi adil
Permakultur mengajarkan untuk mengatur kebutuhan dengan mengatur sumber daya secara bijak, mengambil yang cukup dan membatasi diri dari keserakahan. Sebab, keserakahan adalah akar yang menyebabkan rusaknya alam. Menentukan konsumsi tidaklah membatasi gerak manusia. Keberlimpahan sumber daya yang dimiliki individu perlu disikapi sebagai sarana dan peluang untuk berbagi dengan sesama makhluk di bumi, bukan untuk menumpuk kekayaan.
Ketiga adab atau etika permakultur tersebut menekankan bahwa manusia tinggal di bumi yang sama dan memiliki batas. Karena itu, sumber daya bumi mestilah dibagi kepada semua makhluk di alam. “Lakukanlah seperti bumi melakukan, aku dan bumi satu menyatu, kebaikan dan keburukan hakekatnya satu,” demikian Anam Masrur.
Sosok Inspiratif ini hadir dalam Resep Nusantara: Cerita Taman Pangan Nusantara untuk berbagi pengalamannya di PKN 2021. Jadi, jangan lupa untuk mengikuti seluruh program PKN 2021 untuk mendapatkan pengetahuan lebih luas dan terperinci terkait sandang, pangan dan papan Nusantara, yang bisa jadi inspirasi bagi sobat budaya di Tanah Air.