Inilah waktunya untuk mengubah keseharian kita. Tindakan sesederhana menggosok gigi sebelum tidur, cuci tangan setelah keluar rumah, dan membuang sampah pada tempatnya (dan akan lebih bermanfaat bila mengurangi penggunaan sampah plastik) sudah harus kita lakukan secara disiplin. Era pandemi mengajarkan kita semua bahwa berperilaku hidup bersih dan sehat sangatlah penting.
Pertanyaan terbesar bagi kita semua, apakah kita akan berubah ketika dan setelah pandemi? Atau, manusia Indonesia tidak mengambil pelajaran sama sekali dari pandemi ini?
Cerlang Cemerlang kali ini mengambil tema “Budaya Baru untuk Normal Baru.” Mengubah pola hidup keseharian kita tidaklah mudah. Bahkan, tanpa pandemi sekalipun aktivitas cuci tangan seharusnya sudah dibiasakan. Sebab, bagaimanapun, salah satu pintu masuk kuman ke dalam tubuh kita adalah melalui tangan.
Kesadaran akan kebersihan diri belum tertanam pada kebanyakan masyarakat Indonesia. Kehidupan dalam kenormalan baru pascapandemi harus dijalani. Kebiasaan kotor harus ditinggalkan demi menyongsong kehidupan yang lebih sehat.
Akan tetapi, Founder dan CEO Waste4Change, Muhammad Bijaksana Junerosano menyampaikan, selama ia berkecimpung dalam gerakan lingkungan, khususnya isu persampahan, pondasi utama masalah ini ternyata adalah karakter masyarakat Indonesia: Karakter kita sebagai bangsa.
Pernyataan itu adalah sikap dari anak bangsa yang sudah mengetahui masalah dalam karakter bangsa Indonesia: Hal-hal sederhana—tetapi memiliki dampak luar biasa—tidak diperhatikan dengan baik.
Banyak paradigma yang keliru sejak dulu. Paradigma tersebut mengakibatkan tindakan atau perilaku yang keliru juga. Misal, Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dari artinya saja kita sudah diarahkan untuk membuang dan menumpukkan sampah begitu saja tanpa ada arahan untuk mengelolanya. Tumpukan sampah di TPA menjadi bukit tinggi, dan berakibat tidak sehat untuk lingkungan sekitar.
Sekarang, TPA adalah “Tempat Pemrosesan Akhir.” Tiga kata itu mempunyai pesan bahwa TPA adalah tempat paling terakhir dari perjalanan sampah yang diolah oleh warga di rumah, oleh komunitas dan, terakhir, oleh pemerintah. Perjalanan sampah tidak diangkut dari tong satu ke tong sampah yang lain. Namun, perjalanan sampah dipilah, dipilih dan diolah. Ini kesadaran dari budaya baru.
Muhammad Bijaksana Junerosano berbagi pengetahuan dan pengalamannya sebagai aktivis sampah di Waste4Change. Sudut pandang baru, karakter baru, budaya baru akan tersaji di obrolan ini sehingga Sahabat Budaya akan merasakan dampak baik dari percakapan narasumber dan pembawa acaranya. Selamat menyaksikan!