Penutupan: Semesta di Halaman Belakang

Semesta adalah kata yang sering digunakan ketika kita menjelaskan segala sesuatu yang bersifat kehidupan secara umum. Halaman belakang adalah istilah yang mengilustrasikan semua hal yang dekat dengan kita, seperti kenangan kita tentang rumah, pakaian, termasuk makanan yang kita santap bersama keluarga. 

Pertautan antara “sandang,” “papan” dan “pangan” tersebut diartikulasikan ke bentuk karya tari kontemporer, dengan judul Semesta di Halaman Belakang. Untuk mengartikulasikan aspek sandang, divisualisasikanlah bentuk yang secara spesifik mengusung ingatan bersama, yaitu kain gendongan. Keberadaan kain gendongan ini merupakan bagian dari ingatan bersama perihal keterikatan manusia dengan keluarga. 

Selain itu, untuk mengartikulasikan aspek pangan, Semesta di Halaman Belakang menggunakan anasir-anasir padi, jagung, beras dan properti pendukung lainnya. Pada prinsipnya, dalam mengartikulasikan aspek pangan, karya ini tidak memaknai pangan terbatas sebagai “kebutuhan untuk makan” saja, tetapi lebih dalam, yaitu perlunya menekankan perjalanan dari suatu hubungan antara manusia dengan alam. 

Pada prinsipnya, koreografi ini tidak sekadar menghadirkan anasir sandang, pangan, papan saja (seperti kain, tiang, padi—dan lainnya), tetapi lebih jauh. Ia menggali makna-makna kehidupan yang lebih luas tanpa kehilangan kaitan dengan ingatan kolektif masyarakat Indonesia perihal tiga aspek tersebut. Dengan kata lain, ia bicara tentang tiga aspek dalam kehidupan yang tidak hanya berpusat pada manusia (antroposentris), seperti tentang bagaimana manusia bisa bertahan hidup, tetapi juga bagaimana kehidupan manusia sampai saat ini tidak bisa dilepaskan dari kebertahanan alam beserta makhluk lain di dalamnya (ekosentris). Tanpa menjaga alam, manusia tak akan bisa menjaga keberlangsungan peradabannya.

“Menjaga alam” adalah ajakan bersama. Siapa pun punya tanggung jawab terhadap apa yang dia makan, apa yang dia hirup, apa yang dia lihat, apa yang dia hembuskan dan apa yang dia ambil. Semua dipertanggungjawabkan kepada alam, sebab alam lah yang menyediakan semuanya kepada kita. Kalau kita tidak bertanggung jawab kepada alam, suatu saat alam tidak akan menyajikan semuanya kepada kita. Lalu, kepada siapa kita berharap?

Sahabat Budaya, Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) adalah rangkaian kebudayaan-kebudayaan daerah yang merespons apa yang telah terjadi dan akan terjadi. Kebudayaan lahir bukan dari acara yang singkat, tetapi dari kebiasaan panjang, berpuluh-puluh, beratus-ratus, bahkan beribu-ribu tahun. Kebudayaan diciptakan oleh para pendahulu kita dan kini sudah menjadi tugas kita untuk menjaganya. 

Sampai jumpa pada lain waktu!


Pergelaran Lainnya:

JADIKAN PKN LEBIH BAIK LAGI

Kami terus berupaya memberikan sajian acara yang berkualitas dengan mengangkat Kebudayaan Nasional untuk dapat lebih dikenal secara luas. Bantu kami menjadi lebih baik dengan mengisi survey sebagai bahan evaluasi di masa mendatang.

ISI SURVEYNYA DI SINI!