Batik Indonesia Baru
Neneng Iskandar adalah seorang penulis dan pemerhati batik yang telah 35 tahun menjadi murid seorang maestro, Go Tik Swan.
Dari Go Tik Swan, Neneng Iskandar menulis buku Batik Indonesia dan Sang Empu Go Tik Swan Panembahan Hardjonagoro. Di pasaran, buku tersebut beredar dengan harga kisaran satu hingga dua juta rupiah. Jelas itu bukan harga murah untuk sebuah buku. Mengapa bisa demikian? Ada banyak faktor yang menyebabkannya. Pertama, nama tokoh Go Tik Swan. Kedua, nama Neneng Iskandar. Ketiga, pelajaran sejarah batik Indonesia.
Dalam video ini, Neneng berbagi cerita perihal cintanya pada batik Indonesia. Ia juga menceritakan bukunya dan sang guru. Video ini dikemas dalam bentuk storytelling agar penonton menikmatinya dengan santai dan memahami sejarah batik dari Sapuan hingga Go Tik Swan. Selain itu, Neneng pun bercerita mengenai perkembangan dan kontribusinya dalam eksistensi salah satu wastra yang sarat akan makna ini.
Lokakarya: Songket Sumatera Utara oleh Merdi Sihombing
Kekayaan seni dan budaya di negeri ini terlalu berlimpah. Sudah banyak seni dan budaya Indonesia yang diakui oleh mancanegara, dan salah satunya adalah seni kain tradisional atau wastra Nusantara.
Produk wastra Nusantara yang semakin mendunia antara lain adalah songket dari Sumatera Utara. Songket adalah warisan budaya yang memiliki nilai seni yang tinggi. Pengetahuan akan songket harus diajarkan dan dipelajari oleh siapa pun, khususnya muda-mudi generasi masa depan Indonesia.
Dalam kesempatan kali ini, Merdi Sihombing akan berbagi pengetahuannya atas kekayaan kain tradisional di Indonesia, wabil khusus pengembangan dan pelestarian kain songket. Tapi, siapa Merdi Sihombing?
Merdi adalah seorang fashion designer dan pekerja seni yang peduli pada lingkungan. Ia dikenal sebagai pekerja kreatif yang mencurahkan daya dan upaya pada pengembangan budaya, lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Ia tidak hanya membagi pengetahuannya tentang songket, melainkan juga tentang material yang ramah lingkungan.
