Program gelar wicara kali ini bertemakan “Hidup Woles untuk Masa Depan.” Tema ini hadir sebagai respons Pekan Kebudayaan Nasional 2021 terhadap isu konsumerisme, gaya hidup yang terburu-buru dengan gaya hidup minimalis yang berbasis kearifan lokal.
Nilai-nilai yang terkandung dari bumi Nusantara dan kebiasaan nenek moyang Indonesia bisa diteruskan dan diterapkan oleh generasi kini dan esok. Dan semua itu tak lepas dari sandang, pangan dan papan.
Tak ada yang kurang di negara Indonesia. Negara ini punya hutan, gunung, sawah dan lautan. Banyak sekali potensi yang bisa dikembangkan.
Dalam pembahasan “papan,” narasumber yang otoritatif mengulas adalah Yu Sing, co-founder Studio Akanoma. Yu Sing merupakan salah satu arsitek Indonesia yang kerap menginspirasi melalui karya-karyanya. Ketika merancang suatu bangunan, Yu Sing selalu mengedepankan bangunan yang bernuansa lokal dan adaptif terhadap lingkungan setempat. Contoh karya Yu Sing yang membawa nuansa lokal ialah Menara Phinisi UNM (Universitas Negeri Makassar). Nilai-nilai falsafah hidup Sulawesi Selatan dan rumah tradisional Makassar tertuang dalam bentuk bangunan tersebut. Dan, Yu Sing cukup keras menyuarakan bahwa kota/daerah yang kerap banjir harus berdiri rumah panggung. Menurutnya, bangunan harus adaptif dengan alam di sekitar. Dan hal seperti itu sudah diterapkan oleh nenek moyang Indonesia.
Pembicara selanjutnya adalah Alia Ramadhani, co-founder Kebun Kumara, yang aktif membagikan aktivitas berkebunnya di akun Instagram @kebunkumara. Alia mendapat bagian “pangan.” Semangat urban farming digalakkan oleh Alia. Pemanfaatan tempat yang terbatas di perkotaan tak menghalangi siapa saja untuk berkebun. Berkebun tidak saja di desa. Di kota pun bisa.
Di kota, tidak semua rumah punya halaman, sehingga pemanfaatan tempat seperti balkon, teras kecil dan rooftop sangat dimungkinkan untuk dijadikan kebun mini. Dalam satu videonya di kanal YouTube Kebun Kumara, Alia mengatakan bahwa selama ada matahari, kita bisa berkebun dan menumbuhkan sesuatu di lahan yang besar maupun seiprit,. Melihat aktivitas berkebun ala Alia Ramadhani di beberapa platform media sosialnya, rasa-rasanya berkebun sangat menyenangkan. Di sesi kali ini, Alia berbagi ilmu perihal berkebun; berkebun bisa di mana saja dan oleh siapa saja.
Di bagian “sandang,” pembicaranya adalah Nadira Suarga, co-founder A.KS.U. Bersama A.KS.U, Nadira menyajikan fashion yang konseptual, ada sisi budaya dan inovasinya, mengeksplorasi seni fashion berdasarkan keragaman alam dan budaya Indonesia. Dengan semangat membawa budaya Indonesia pada setiap gerakan, Nadira memberitahu semua bahwa Indonesia memiliki kekayaan yang melimpah. Dan semua budaya dan seni di Indonesia selalu berbarengan dengan semangat kembali ke alam. Semangat gerakan upcycling juga hadir di wastra Nusantara. Salah satu contohnya adalah noken, yang seluruh bahannya berasal dari alam dan akan kembali ke alam.
Sudah banyak anak muda yang melek dengan gaya hidup back to nature. Gerakan upcycling dalam fashion telah menjadi gerakan dunia. Program gelar wicara ini dipandu oleh Ben Laksana, yang juga punya ketertarikan kepada dunia urban farming, gerakan upcycling dan solidaritas sesama.
Tiga narasumber akan mengelaborasi topik-topik yang sudah lama mereka geluti. Dan gelar wicara ini sudah pasti seru sebab papan, sandang, pangan dekat dengan kita semua.
Ada hal sangat mendasar dalam gaya hidup, yaitu bagaimana memandang hidup itu sendiri. Dengan menikmati dan memaksimalkan potensi di sekitar, kita akan sangat bersyukur atas apa yang kita punya. Selamat menyaksikan!
Tidak ada komentar