Kata ‘ritual pangan’ umumnya dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa adat yang megah r dan rumit. Padahal, pengertiannya tak selalu begitu. Marrysa Tunjung Sari (Sasha), fotografer yang mengabadikan ragam kuliner Nusantara, mengungkapkan bahwa ritual pangan bisa dekat sekali dengan aktivitas keseharian di rumah.
“Bagaimana Ibu saya menyiapkan pur setiap ada wetonan, ya, karena Ibu dan Bapak berasal dari Jawa. Jadi misalnya setiap weton saya, Ibu langsung bikin bubur… Jadi ritual-ritual itu Ibu saya dapatkan dari Ibunya. Jadi kalau kita sederhanakan ritual itu adalah sebuah kebiasaan yang turun-temurun,” kata Sasha saat menjadi pembicara di kelas Fotografi Ritual Pangan yang dipandu Kestity Pringgoharjono.
Kelas Fotografi Ritual Pangan merupakan sesi pertama dari dua sesi lokakarya Kulineran: Kenali Unik dan Enaknya Ragam Warisan Pangan Nusantara yang berlangsung pada 27 Juli 2021 di ruang pertemuan daring, Zoom dan ruang berbagi video, Youtube Live. Kelas kedua bertajuk Fotografi Bahan Pangan & Tanaman yang menampilkan fotografer Alex Tjoa sebagai pembicaranya.
Lokakarya Kulineran: Kenali Unik dan Enaknya Ragam Warisan Pangan Nusantara memiliki tiga tujuan. Pertama, menambah khazanah pengetahuan tentang ritual budaya pangan Nusantara melalui karya narasi digital. Kedua, membantu peserta dalam mendokumentasikan ritual budaya pangan dari daerah asal peserta ke dalam platform digital. Ketiga, menghasilkan karya narasi digital yang menarik dan istimewa dengan menggunakan peralatan keseharian.
Sasha membahas tentang cara membuat foto dokumentasi pada kelas Fotografi Ritual Pangan.. Pembahasannya seputar menentukan tema (ide) ritual pangan yang akan didokumentasikan, teknik dan tips merekam gambar ritual pangan dengan peralatan sederhana seperti kamera ponsel, dan masih banyak lagi.
Sasha mencontohkan cara sederhana dalam mencari ide-ide segar sebagai proses pendokumentasian ritual pangan. Ia menceritakan pengalamannya dalam mendokumentasikan upacara turun genteng ketika membangun rumah dan ritual tumpeng olahan ibunya. Dua acara khas Jawa ini merupakan bagian dari keseharian Sasha. Sasha menyatakan, ritual-ritual kecil yang dekat dengan keseharian kita pantas diangkat. Meski berada dalam lingkup kecil, ritual itu tetap bernilai sakral.
Sementara Fendy Siregar, fotografer senior yang turut menjadi pembicara pada kelas tersebut, berpendapat bahwa ritual pangan menunjukkan kearifan lokal masyarakat adat dalam menjalani hidup yang harmonis dengan alam. Kearifan ini bisa berkembang menjadi unsur universal untuk orang-orang di segala tempat ketika berhubungan dengan alam.
“Ritual pangan ini sebenarnya mengingatkan kembali kita pada penentu kebijakan bahwa masyarakat memiliki kearifan sendiri dalam mengelola alam kita ini, alam sekaligus dengan pangan yang ada di dalamnya,” sebut Fendy.
Selanjutnya Sasha memberikan uraian teknis dan trik-trik fotografi dengan menggunakan peralatan keseharian, yaitu kamera ponsel. Ia mengajak peserta agar mencoba memadupadankan teknik establish shot, long shot, medium shot, dan close up. Selain itu ia memberikan tips-tips tentang tata pencahayaan, keseimbangan, komposisi, hingga cara-cara mengolah gambar yang diambil menjadi foto cerita ritual pangan yang menarik.
Pada akhir pemaparannya, Sasha mengingatkan peserta untuk fokus kepada ide tertentu dalam membuat karya fotografi ritual pangan.
“Dari gambaran besar-besar, yang kita pikirkan besar itu mari kita sederhanakan lagi, ritual apa yang ada di rumah. Apa yang ibu kita lakukan ketika kita sarapan, bahan-bahan apa yang digunakan, yang bergantung kepada adat istiadat, lokasi dan segala macamnya,” pungkas Sasha.
Berkebun dan fotografer pangan
Seorang fotografer pangan harus memiliki sejumlah kemampuan untuk mengolah foto pangan menjadi karya yang memikat. Selain bekal teknis fotografi, ia juga harus mempunyai pengetahuan yang luas tentang bahan pangan termasuk kemampuan dalam mengenal nama latin tanaman-tanaman pangan. Hal ini dijelaskan oleh Alex Tjoa di dalam kelas Fotografi Bahan Pangan & Tanaman.
Alex menyertakan karyafoto tanaman pangan miliknya dari kebun kecil di pekarangan rumahnya, di Kota Visbi (baca; Wisbi), Swedia. Ia mengaku beroleh banyak manfaat dari kegiatan berkebun. Ia mampu mengenali dan merasai banyak tanaman pangan yang unik: dari buah strawberi jenis langka hingga edible flower (jenis bunga-bunga yang bisa dimakan).
”Jadi dengan berkebun pangan ini, saya bisa mencicipi berbagai citarasa yang tidak saya dapatkan dari pangan yang dijual oleh supermarket. Jadi wawasan saya lebih luas lagi, karena bisa mencicipi rasa dan aroma pangan yang berbeda-beda dan luar biasa,” ujar Alex.
Alex melihat berkebun sebagai kegiatan yang penting. Berkebun dapat menciptakan karakter manusia yang sabar, toleran, mampu menghargai usaha orang lain, dan sebagainya. Nilai-nilai ini akan bertumbuh dan mengendap sebagai modal pengembangan karakter bangsa yang baik.
Kelas Fotografi Bahan Pangan & Tanaman bertujuan membuat peserta mengenal ragam bahan pangan. Kelas ini juga diharapkan dapat menginspirasi peserta dalam mengumpulkan bahan pangan dan tanaman Nusantara yang akan diolah menjadi karya narasi digital yang istimewa. Bekalnya hanya peralatan sederhana seperti ponsel berkamera.
Alex menyisipkan trik-trik sederhana untuk membuat karya foto pangankhususnya mengenai teknik pencahayaan yang harus diperhatikan betul. Peserta dapat menggunakan cahaya alami untuk membuat sebuah foto pangan yang memikat. Peserta harus baik dalam memanfaatkan cahaya alami dengan meletakkan objekyang mempertimbangkan arah datangnya cahaya. Dia juga memberikan tips-tips dalam memanfaatkan beragam benda sebagai latarfoto seperti batu dan kertas. Kelas ini ditutup dengan penilaian beberapa karya foto dari peserta.
Makanan di dalam konteks kebudayaan Nusantara kerap juga berhubungan dengan ritual-ritual adat. Artinya, makanan di dalam konteks ini tidak sekadar berhubungan dengan energi baru di dalam tubuh, tetapi juga menjadi bagian dari hubungan manusia dengan alam dan penciptanya. Di dalam konteks itu, ritual pun berhubungan dengan tanaman. Misalnya, ritual khusus untuk menanam dan panen. Agar bisa dinikmati lebih banyak orang, mengundang partisipasi dan perhatian khalayak luas, perlu keahlian dalam mengolah rangkaian hubungan pangan, ritual pangan, dan bahan pangan serta tanaman itu dalam karya foto yang dirancang dengan baik. Lewat Kelas Generasi Cerlang ini, kalian bisa memperdalam keahlian fotografi ritual pangan, bahan pangan, dan tanaman. Dengan demikian, perihal pangan akan menjadi alternatif menarik untuk karya fotomu dan konten media sosialmu.
- Ada kejutan menarik untuk lima pendaftar pertama!
- Menangkan hadiah untuk tiga peserta teraktif!
Narasumber dan Materi
Sesi 1: Fotografi Ritual Pangan
Narasumber: Fendi Siregar & Marrysa Tunjung Sari
Sesi 2: Fotografi Bahan Pangan & Tanaman
Narasumber: Alex Tjoa
Moderator

Pembukaan Pendaftaran
20 Juli 2021Penutupan Pendaftaran
26 Juli 2021Waktu Penyelenggaraan
Selasa, 27 Juli 2021Sesi 1: 09.00 - 12.00 WIB
Sesi 2: 13.00 - 16.00 WIB
Narahubung
Adinda Tiara Zahrani (087883718440)