Kulineran

Kenali Unik & Enaknya Ragam Warisan Pangan Nusantara

Fotografi Budaya Pangan  

Fendi Siregar telah mengabdikan diri dalam merekam dan mendokumentasikan peristiwa-peristiwa tradisi budaya masyarakat. Sebagai fotografer, dia terus menerus merekam perlon unggahan, upacara pangan penduduk Bonokeling, di Desa Pekuncen, Banyumas, Jawa Tengah, sejak 2015. Kameranya merekam prosesi yang sakral dan kental dengan nilai-nilai luhur yang dilakukan setahun sekali menjelang bulan Ramadan.

Fendi tertarik dengan perlon unggahan dan tradisi serupa seperti upacara nyadran atau unggah-unggah yang ada di Cirebon dan beberapa daerah di Jawa Tengah. Hal ini dia ungkapkan ketika menjadi pembicara pada diskusi daring yang bertajuk KULINERAN: Fotografi Budaya Pangan. Dipandu budayawan dan seniman Kestity Pringgoharjono, diskusi ini merupakan sesi pertama dari dua sesi lokakarya Kulineran: Kenali Unik dan Enaknya Ragam Warisan Nusantara. Lokakarya digelar melalui platform Zoom dan Youtube Live pada 26 Juli 2021. Melalui lokakarya, masyarakat diharapkan terinspirasi dan tergerak untuk ikut serta merekam dan mendokumentasikan beragam budaya pangan Nusantara. 

Fendi selalu berusaha untuk mengabadikan momen-momen adat sebagai dokumentasi kebudayaan. ”Karena saya tidak tahu berapa lama budaya ini akan bertahan di negeri ini terkait dengan derasnya arus modernisasi yang datang dari luar. Jadi setidaknya saya sudah mencoba merekamnya dengan baik.” tutur Fendi. 

Prosesi perlon unggahan dimulai dengan perjalanan ziarah makam leluhur penduduk Bonokeling. Sambil membawa bekal hasil bumi dan ternak, mereka berjalan kaki berbondong-bondong sejauh 30-40 km. Perbekalan yang mereka bawa selanjutnya akan diolah menjadi kuliner lezat dan dinikmati bersama di area pemakaman. 

Perekaman dan pendokumentasian dalam bentuk fotografi merupakan salah satu cara menggali kembali kekayaan khazanah budaya pangan kita. Di dunia fotografi, Fendi bukan orang baru. Mantan Kepala Program Studi pertama Fotografi Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini kerap memamerkan karya-karyanya dalam pameran tunggal di dalam dan luar negeri.

Fendi turut memberikan tutorial singkat tentang teknik dan kiat fotografi dalam merekam dan mendokumentasikan peristiwa budaya. Antara lain pembuatan storyboard, memperhatikan pencahayaan dalam perekaman, mempertimbangkan sudut pandang dalam merekam, cara menggabungkan foto-foto long shot, medium shot dan close up dengan harmonis, cara menyunting hasil-hasil rekaman, dan menyajikannya dalam bentuk narasi foto. Dia juga mengajarkan cara mudah memanfaatkan kamera ponsel untuk merekam peristiwa-peristiwa budaya.

Fendi mengajak masyarakat untuk ikut serta merekam dan mendokumentasikan tradisi Indonesia yang beragam. ”Kita, seluruh Indonesia, punya keberagaman yang tidak mungkin hanya satu orang, atau satu institusi saja yang merekamnya. Harus ada keterlibatan dari masing-masing daerah untuk melakukan perekaman itu sebaik mungkin. Jadi saya mengajak untuk kita menaikkan kepedulian kita terhadap budaya warisan budaya kita, apapun bentuknya.” sebut Fendi pada akhir pemaparannya. Diskusi berakhir dengan penilaian beberapa foto bertema budaya pangan dari peserta.

Tak Kenal maka tak Sayang

Sesi kedua bertajuk Fotografi Arsip Kuno. Kestity Pringgoharjono kembali memandu acara. Alex Tjoa, fotografer perempuan yang menyeriusi objek kuliner, tampil sebagai pembicara. 

Alex membicarakan prinsip-prinsip dalam merekam budaya kuliner Nusantara: Sadar dan tidak minder dengan kebudayaan sendiri, menyadari bahwa apa yang kuno sebenarnya sebuah potensi besar, dan pengarsipan, koordinasi serta terorganisasi dengan baik. Dia menambahkan prinsip-prinsip ini merupakan sikap mental seorang fotografer untuk merekam khazanah budaya kuliner Nusantara. 

Alex menyadari, warisan budaya merupakan harta karun yang berharga. Mempelajarinya dari nenek moyang, lalu mengembangkannya akan membuat akar kebudayaan yang kuat sehingga menjadi bangsa yang maju. Maka perawatan dan penggalian arsip-arsip kuno tentangnya sangat penting. “Jadi arsip kuno, resep-resep kuno, itu merupakan akar dari suatu bangsa,” sebut Alex.

Alex menunjukkan contoh budaya kuliner para biksu di Korea yang mampu bertahan selama ratusan tahun. Budaya ini menjadi salah satu kebanggaan bangsa Korea. Alex menemukan bahwa khazanah dan kebanggaan masyarakat terhadap budaya kuliner juga terdapat di negeri Tiongkok (Sechuan), Bhutan, dan beberapa wilayah di Eropa.

Indonesia sebenarnya bisa lebih unggul dari negara-negara ini. “Sebenarnya Indonesia itu bahan pangannya sangat kaya dan beragam. Itu sangat eksotis, luar biasa, dari Aceh sampai Papua. Hanya, kita itu mungkin belum terlalu sadar. Jadi kesadarannya itu yang harus ditingkatkan. Dan kemudian juga kita jangan malu-malu untuk mempromosikannya dengan semangat di dunia internasional,” lanjut Alex. 

Alex berbagi pengalaman bahwa ketika mengunjungi Swedia, dia menemukan masyarakat di sana justru terpesona akan kuliner Nusantara. Jejamuan sehat juga diminati oleh warganya. Foto-foto karya Alex tentang jamu pun tampil di dua majalah di Swedia.

Di dalam diskusi, sedikit-sedikit Alex memberikan trik-trik memfoto menggunakan alat yang terbatas. “Jadi kita harus pintar-pintar untuk menggunakan apa yang bisa kita gunakan di tempat kita berada ini.”

Lokakarya Kulineran: Kenali Unik dan Enaknya Ragam Warisan Nusantara merupakan pembuka pra Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2021 dengan tajuk ”Narasi Digital Dokumentasi Warisan Budaya Pangan Nusantara untuk Model Ekspresi Budaya Bangsa”. Tujuannya untuk mensinergikan dan melibatkan berbagai elemen masyarakat menuju PKN 2021 sebagai upaya membangun kesadaran, dan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan terhadap pelestarian budaya Nusantara.


Pangan bukan hanya soal apa yang kita makan, melainkan juga apa yang kita lihat. Kenikmatan kuliner tidak dimulai dari hidung dan mulut, tetapi dari mata. Untuk itu, fotografi kuliner adalah bagian penting dari seni kuliner itu sendiri. Lewat Kelas Generasi Cerlang ini kita akan belajar bersama menghadirkan pusparagam kuliner Nusantara melalui lensa fotografi. Lebih khusus lagi, dalam kelas ini kalian akan belajar tentang aneka ekspresi budaya pangan lokal serta pengolahan arsip kuno tentang tradisi kuliner kita sehingga bisa dipresentasikan dengan tampilan visual yang menarik.

  • Ada kejutan menarik untuk lima pendaftar pertama!
  • Menangkan hadiah untuk tiga peserta teraktif!

 

Narasumber dan Materi

Sesi 1: Fotografi Budaya Pangan
Narasumber: Fendi Siregar

Sesi 2: Fotografi Arsip Kuno
Narasumber: Alex Tjoa

Pembukaan Pendaftaran

20 Juli 2021

Penutupan Pendaftaran

25 Juli 2021

Waktu Penyelenggaraan

Senin, 26 Juli 2021

Sesi 1: 09.00 - 12.00 WIB

Sesi 2: 13.00 - 16.00 WIB

Narahubung

Adinda Tiara Zahrani (087883718440)

JADIKAN PKN LEBIH BAIK LAGI

Kami terus berupaya memberikan sajian acara yang berkualitas dengan mengangkat Kebudayaan Nasional untuk dapat lebih dikenal secara luas. Bantu kami menjadi lebih baik dengan mengisi survey sebagai bahan evaluasi di masa mendatang.

ISI SURVEYNYA DI SINI!