Lembah Baliem merupakan salah satu destinasi yang wajib dikunjungi apabila sedang berwisata ke Papua. Lembah yang terletak di pegunungan Jayawijaya, Papua ini memiliki ketinggian 1.600 meter dari permukaan laut. Pemandangan pegunungan di sekelilingnya membuat lembah ini sangat indah dipandang. Suasana alam dan atraksi budaya menjadi daya tarik bagi wisatawan, baik lokal maupun asing. Selain itu, satu hal yang menarik dari desa tradisional ini adalah rumah adatnya yang beratapkan jerami dan mempunyai bentuk seperti jamur. Rumah tersebut bernama Rumah Honai.
Asal Muasal Rumah Honai
Rumah Honai adalah salah satu rumah adat Papua. Honai, atau yang biasa disebut juga dengan onai, dalam bahasa daerah berarti ‘rumah.’ Rumah Honai merupakan rumah tradisional suku Dani di Wamena. Pada zaman dahulu kala, masyarakat suku Dani tinggal di bawah pohon-pohon besar yang tidak cukup memadai untuk melindungi mereka dari terpaan hawa dingin, panas maupun hujan.
Masyarakat suku Dani sendiri terbiasa hidup bergantung pada alam. Mereka dapat bertahan hidup di bawah pohon-pohon besar tersebut. Tetapi, pada suatu waktu, mereka tidak sengaja memperhatikan burung-burung yang hendak membuat sarang. Burung-burung tersebut mengumpulkan ranting kayu dan rumput kering yang kemudian dibentuk menjadi sarang berbentuk bulat. Dari sanalah terlintas ide untuk membuat rumah yang dapat melindungi mereka dari berbagai terpaan cuaca. Rumah itulah yang kini disebut juga sebagai Rumah Honai.
Rumah ini memiliki dua lantai dan berbahan dasar kayu. Atapnya terbuat dari jerami atau ilalang yang dibentuk kerucut. Penyanggah rumah ini terdiri dari empat kayu yang ditanamkan ke dalam tanah supaya kuat, kokoh dan tahan terhadap berbagai goncangan. Keempat kayu tersebut melambangkan kekuatan dan kekokohan dalam penyimpanan sejumlah informasi sakral. Seperti peribahasa Wenekak O Hesekewa Kolik Walagarek, yang berarti: “Sejumlah masalah atau informasi sakral digantungkan di tiang rumah.”
Pengetahuan tersebut disampaikan secara lisan dari generasi ke generasi. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga agar identitas lokal tidak hilang.
Jenis-jenis Honai
Honai terbagi menjadi dua jenis. Yang pertama adalah Honai laki-laki. Honai jenis ini adalah tempat tidur laki-laki dewasa maupun anak laki-laki yang beranjak dewasa. Honai laki-laki juga berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan simbol-simbol adat. Di Honai ini para pemuda diajarkan bagaimana cara bertanggung jawab kepada keluarga dan kelompoknya, serta cara bertahan hidup. Ukuran Honai laki-laki biasanya lebih besar dari Honai lainnya, karena kerap dijadikan sebagai tempat pertemuan kelompok atau menerima tamu.
Jenis yang kedua adalah Honai perempuan. Jenis ini adalah tempat tidur untuk ibu-ibu dan anak kecil. Honai perempuan juga dijadikan tempat untuk mengajarkan kepada anak-anak perempuan yang sudah beranjak dewasa tentang cara mengurus rumah tangga dan keterampilan membuat noken (tas tradisional Papua).
Selain kedua jenis di atas, Rumah Honai juga memiliki dapur. Dapur berbentuk persegi panjang tersebut digunakan untuk memasak, seperti memasak air, merebus atau membakar ubi. Kayu api di tungku yang digunakan untuk memasak membuat dapur menjadi hangat. Oleh karena itu, dapur kerap juga difungsikan sebagai tempat tidur.
Filosofi Rumah Honai
Rumah adalah pelindung dari terpaan berbagai perubahan cuaca. Tetapi, bagi kebanyakan orang, arti rumah tidak sesederhana itu. Rumah adalah tempat pulang ketika lelah, tempat menyalurkan segala keluh kesah, kesedihan dan tempat kita dapat menjadi diri sendiri.
Bagi masyarakat suku Dani, Rumah Honai melambangkan kesatuan dan persatuan yang tinggi. Budaya dan harkat martabat leluhur yang telah diwariskan turun temurun harus dipertahankan. Selain itu, Honai juga melambangkan kekerabatan yang luas, bukan hanya ikatan keluarga inti saja, tetapi juga kerabat dekat dalam suku Dani sendiri. Kekerabatan itu juga akan dirasakan oleh siapa saja yang tinggal di rumah tersebut. Keintiman yang tercipta membuat suasana di dalam rumah menjadi hangat.
Tinggal di bawah satu atap yang sama akan menumbuhkan solidaritas yang tinggi, tetap sehati, satu pikiran dan satu tujuan dalam menyelesaikan pekerjaan. Rumah Honai juga merupakan simbol kepribadian dan harga diri bagi masyarakat suku Dani yang harus dijaga dan dilestarikan oleh anak cucu mereka di kemudian hari.
Dengan strukturnya yang terbuat dari kayu dan jerami, mungkin Honai akan menjadi lapuk bahkan busuk. Akan tetapi, nilai-nilai kekerabatan dan budaya yang terdapat di dalamnya tidak akan lekang oleh waktu. Rumah Honai akan selalu memberikan kehangatan bagi siapa pun yang tinggal di dalamnya.